kabut kentheng songo



Apapun yang kalian bicarakan soal wanita itu akan menjadi sebuah misteri yang ingin aku tutupi sangat rapat bukannya aku takut masalah ini terbaca dan terbahas oleh kalian melainkan aku ingin jawaban dari misteri datang sesuai dengan kehendaknya.”

Peralatan tempur

Akhirnya pendakian ini benar-benar terjadi setelah melewati berbagai pergantian musim ke musim yang terasa sangat amat mustahil aku percaya rencana ini akan bakalan terjadi dengan cukup rapi. Segala persiapan ini sudah kami siapkan dari berbagai perbincangan yang tentu menjadi menambah seduhan santapan makan malam kami diatas meja warung yang kami habiskan hanya untuk menemukan strategi yang pas untuk silaturahmi kami kesana.
Mampir di pinggir jurang

mampir dulu

mampir

akhirnya sampai juga

Seorang teman dari kamar kos sebelahku yang akan ikut menjadi bagian petulang pendakian kami mengatakan “bila ingin mendaki gunung sebaiknya kita niatkan bukan untuk mencapai puncak, mengejar sunrise, maupun menjadi penaklukan semata niatkan saja kita kesana untuk silaturahmi”. Iya betul hanya untuk silaturahmi agar kita sebagai tamu tentunya harus menjaga etika sopan satun kepada sang pemilik rumah agar mereka mau menyambut kita dengan ramah.
sebut saja dia mawar

Perjalanan kami mulai dengna kabut tebal yang mengahalangi terang lampu motor menembus suasana perjalanan sore itu. Yang dapat dilihat hanya warna putih dingin yang sesekali diiringi gerimis tanda kami hampir mencapai bascamp. Adakala kami harus memelankan motor tatkala melihat jalananan yang menurun, adakala memelankan motor karena tak sanggup melaju didaerah perbukitan yang begitu mendadak, dan harus berhenti untuk mentoleransi nyawa kami ketika datangnya hujan lebat yang cukup membahayakan perjalanan.
sebelum menerjang kabut kita romantisan dulu

kejebak hujan gerimis bin badai

seperti TKI yang gagal terbang

Terlihat aspal jalanan mulai tidak terlihat lagi sebagai alas ban motor kami dan di gantikan jalananan semen dan berbatu. Akhirnya cahaya lampu rumah warga didesa daerah kaki gunung merbabu mulai terlihat dari sela-sela penglihatan kami didaerah hutan. Beristirahat sebentar dan menatur susunan rundown acara yang tidak resmi di sela-sela hangatnya indomie dan susu coklat milo.
Silaturahmi kami pun dimulai..

ya , kaya berasa di belakang rumah

menyusun konspirasi

echemmm

mendaki

mendaki lagi

lagi benerin kolor

istirahat dulu gan

tanpa nama

ya, gw tau k'lo elu udah di puncak

yes, week end

ritual wajib diatas gunung

sayang muka gw ketutup

yang diatas igor di bawan namanya andre

mereka lagi

kita harus pulang

makan besar
for the last dog


Tidak ada komentar:

Posting Komentar